Jumat, 25 Januari 2013

JANGAN JUAL MURAH BALI



Awal mula MICE di Indonesia
Industri MICE mulai dikenal di Indonesia sejak Pak Joop Ave menjabat sebagai Menteri Telekomunikasi Pos dan Pariwisata. Beliaulah yang menghidupkan MICE dan juga mendorong para pengusaha mendirikan Convention Center (menurut Susilowati Saud, Presiden Direktur Pacto Convex)

Sebenarnya Seberapa Bagus Bisnis PCO?
Sangat bagus, MICE itu terus berkembang, lihatkah Bali, disana sekarang ini selalu penuh acara konferensi, baik besar maupun kecil. Mencari tempat di Bali sekarang ini agak susah, selalu penuh. Itu tanda bisnis ini selalu bagus. Soal kirisis BBM tidak terlalu berpengaruh, soalnya ini kondisi global. Prinsip sederhana saja, selama bisnis berjalan, MICE terus hidup. Orang butuh melakukan pertemuan bisnis, apalagi orang yang sudah bosan konferensi di Eropa, mereka mulai melirik Asia.

Anda menangani banyak, Bidding apa kiatnya?
Itu rahasia saya dong..yang penting siap dengan SDM yang ada, Saya pernah ngomong sama pemerintah, dari pada berpergian keluar negeri seperti roadshow yang kadang tidak jelas itu, lebih baik pemerintah membantu PCO-PCO untuk ikut bidding internasional supaya Indonesia bisa menjadi tuan rumah. Terus terang, peluang saya memenangi bidding itu 60:40. Kalau saya kalah, uang saya tidak kembali. Kalau menang, biaya saya itu masukkan ke anggaran pelaksanaan. Kalau ada subsidi dari pemerintah itu bisa sangat membantu.

Berapa Biaya Yang dibutuhkan untuk mengikuti Bidding?

Kami berangkat minimum 4 orang, dua dari panitia dan dua dari Pacto. Ditambah biaya persiapan untuk bahan-bahan presentasi bidding, kami memerlukan dana 100-150 juta rupiah. Biasanya saya mencari sponsor, kalau tak dapat ya memakai uang Pacto. Asosiasi kadang-kadang tidak punya biaya dan kadang-kadang punya.
Ada lagi satu masalah, asosiasi tidak punya keberanian karena tidak banyak informasi seputar bidding, jadi mereka ragu untuk mengeluarkan duit.

Dalam Bidding apa saja yang dinilai?

Pertama, dilihat dari faktor keamanan negaranya. Ini menyangkut kestabilan ekonomi, keamanan dan politik. Kemudia akses ke tempat itu susah apa tidak. Lalu, masalah infrastruktur, venue dan lain-lain. Ujung-ujungnya harga: berapa yang harus dikeluarkan andai konferensi diselenggarakan  di Indonesia. Namun, kalau lawan yang dihadapi Thailand, kami sering kalah. Thailand suka banting harga, terutama tarif hotel. Kalau Taiwan pemerintahnya pasti ikut. Misalnya ada komitmen kalo PCO Taiwan menang, pemerintah akan mengurangi pajaknya. Di Indonesia harus berjuang sendiri dari awal sampai akhir.

Secara ringkas apa saja yang terpenting diterangkan ketika presentasi dalam bidding?

Akses, kemudian daily movement airport, akomodasi dan infrastruktur. Dan yang terpenting kesiapan kami, semua bisa dan ada sumber daya manusianya.


Kalau diringkas lagi yang paling menentukan dan sering menjadi kendala apa saja?

Daily movement airport yang jadi tolak ukur. Kalau banyak penerbangan  masuk kesatu wilayah berarti tempat tersebut sudah oke. Tidak mungkin orang datang kalau infrastruktur tidak memadai.
Anda menyebut Thailand dan Taiwan sebagai saingan, bagaimana dengan Malaysia dan Singapura?
Saat ini orang sudah bosan dengana Singapura. Lagi pula harga di Singapura sudah mahal. Belum lagi negara pulau ini selalu ramai, susah mencari kamar. Jadi, Singapura bukan rendah kualitasnya, melainkan karena sudah berhasil, maka bukan saingan. Ibarat ember sudah penuh, tidak perlu ditambah air.
Kalau Malaysia, apa yang dapat mereka tonjolkan? Diadu sama Bali saja akan kalah. Saya sering menang lawan PCO mereka. Tetapi menang, akses mereka jauh lebih baik, sekarang semua airlines sudah masuk kesana. Sekarang ini yang berat bersaing dengan Thailand, Taiwan dan Korea (Selatan). Saya sudah kalah 3-4 kali bersaing dengan Korea.

Dan, sering kalah karena harga?

Dalam bidding, kalau semua sudah oke pasti ujung-ujungnya angka. Kalau selisih harga yang ditawarkan antara konferensi di salah satu kota di Korea dan kami menawarkan tempat konferensi di Bali tipis, orang masing memilih Bali. Tapi, jika harga Korea jauh lebih miring, dua kali lipat lebih murah misalnya, sudah pasti Korea menang.

Anda tak ikut banting harga?

Kami selalu berusaha jaga harga pasar Bali. Jangan jual Bali murahlah, justru kalo bisa naikkan harga Bali sebagai destinasi mahal. Jangan lupa jual Bali sebagai mass market, itu bisa buat harga Bali jatuh. Nah, climate change conference kemarin mengangkat harga dan pasar Bali.

Bisa diceritakan singkat proses bidding?

Biasanya sebelum bidding kami ajukan proposal kepada ketua asosiasi. Mereka biasanya memiliki manual bidding. Manual Bidding itu prosedur yang harus kami penuhi. Disitu ada info soal gedung dan sebagainya. Lalu kami daftarkan itu semua. Nanti kalo mereka tertarik mereka akan memanggil untuk presentasi. Di dalam presentasi, kami harus buktikan kalau destinasi itu siap. Kalau kami sudah diterima untuk presentasi berarti kami sudah memiliki nilai bagus, punya kesempatan menang.

Seberapa perlu lobi untuk memenangi tender?

Perlu, saya pernah bilang ke pak Jero Wacik (Mantan Menteri Pariwisata) pak sekali-kali bapak menemani kami kalau lagi bidding, dong,. Terkadang negara lain kalo lagi bidding suka membawa menteri atau setidaknya pejabat eselon. Sementara kami? Boro-boro! Duta besar Indonesia di negara tempat bidding saja kalau dimintai tolong susah, tidak pernah datang. Padahal kadang-kadang kami memang perlu dukungan pemerintah.

Fungsi Pemerintah dalam Bidding?

Ikut memberikan jaminan keamanan
Menurut anda untuk menetralisir berita miring tentang Indonesia apa yang harus dilakukan?
Berita-berita  itu jangan ditangkis, kita tak boleh defensif. Dalam ilmu marketing itu tidak benar. Kalau ditangkis, justru berita miring makin seru, apalagi informasi sudah makin terbuka. Mungkin yang bisa dan harus kita lakukan adalah memberi klarifikasi secara terbuka dengan data dan fakta sebenarnya. Jadi kalo ada sesuatu yang terjadi, secepatnya pemerintah memberi klarifikasi, bukan lalu bersikap defensif. Berbahaya bila penjelasan tak sesuai kenyataan telivisi CNN kan menyiarkan peristiwa sebenarnya.

Untuk Destinasi, selain Bali mana lagi yang bisa dijual?

Jakarta itu pasti, hanya kalau di Jakarta tekanan politik tinggi dan lalu lintas macet. Umumnya orang malas menghindari konferensi di Kota Metropolitan. Namun, di Indonesia baru Bali dan Jakarta yang bisa menampung sampai 10.000 peserta konferensi. Hanya saja akhirnya kembali lagi kepada akses. Walaupun ada convention center yang besar, bisa menampung 5.000, tapi kalau akses ketempat itu susah, sama saja bohong?

Pernah melakukan semacam otokritik setelah kalah bidding?

Begini 40% kekalahan saya kebanyakan ketika berhadapan dengan Korea, Thailand dan Taiwan. Pemerintahnya sangat mendukung PCO. Pemerintah memberi insentif kepada PCO yang melakukan Bidding. Faktor kedua yang membuat saya kalah soal bom. Ketika saya lagi presentasi dalam bidding di San Francisco tiba-tiba terdengan berita bom di JW Marriot. Ya, tak mungkinlah saya menang. Namun, setelah climate change conference sukses, citra industri MICE di Indonesia bagus, Konferensi yang dihadiri 14 ribu peserta itu lancar.

Cobalah anda berikan, ulasan detail tentang artikel ini!

1 komentar:

  1. Selamat pagi, Bu Derinta, silahkan di-check tugas saya mengenai "rahasia" dibalik sukses joger... terimakasih.
    blog : kecokchaos.blogspot.com

    BalasHapus