Senin, 28 April 2014

MENGINTIP TEKNIK MERACIK KOPI ALA DODDY SAMSARA

Mengintip Teknik Meracik Kopi ala Doddy Samsura

Jika menurut  pakar kopi Trish Rothgeb dalam sebuah artikel yang ia tulis tahun 2003, penikmat kopi telah melalui tiga gelombang evolusi. Gelombang pertama adalah sebatas peminum kopi. Gelombang kedua adalah mereka yang mulai menikmati kopi dengan beragam macam campuran seperti Vanilla Latte atau Cappucino.
Dari sinilah, di awal tahun 1990, lahir seni yang disebut Latte Art dimana campuran susu lebih banyak dibanding komposisi espresso-nya. Dan sekarang ini, terima kasih pada Kazuki Yamamoto, Latte Art berkembang menjadi 3D karena ide kreatif-nya menggabungkan berbagai bahan seperti marshmellow, coklat, kayu manis dalam melukis busa susu di bagian atas minuman latte.
Dan, gelombang ketiga adalah mereka-mereka yang awalnya hanya sebagai penikmat telah menjadi penggemar sehingga apresiasi terhadap kopi jadi sangat tinggi. Hal sepertilah yang kemudian jadi pemicu berjamuran kafe kopi berkualitas dan juga penyebaran beragam mesin-mesin penyeduh canggih dan, tentunya, semakin banyak untuk penggunaan di rumah (mesin seduh non-konsumsi kafe).
Mesin dengan penyeduhan manual adalah mesin kopi dengan sistem tetes. Mesin ini lazim dipakai dan ditemui di rumah-rumah. Dengan mesin ini, kita bisa mengontrol seberapa banyak ekstrasi kopi di dalam gelas dan juga mengatur panas air dan kecepatan tuangan kopi ke dalam gelas.
Sedangkan teknik penyeduhan dengan mesin, biasanya lebih kompleks, adalah hal yang lazim dilakukan di kedai-kedai kopi. Biasanya ketahanan cita rasa yang dihasilkan oleh manual brewer (alat seduh manual) di lidah tidak akan selama dengan kopi seduhan mesin. Namun, bukan berarti aroma dan rasa tidak senikmat atau setajam yang dihasilkan mesin. Dan, pada beberapa kafe malah ada yang menggunakan mesin penyeduhan yang menggabungkan dua teknik tersebut (mesin ekspress dan manual) yang disebut steampunk. Di Jakarta, mesin ini bisa ditemui di Kaffeine yang terletak di The Foundry Lot 8.
Nah, ingin tahu apa bedanya kedua teknik yang bisa membuat cita rasa kopi  berbeda? Ditemui di One Fifteenth Coffee (1/15 Coffee) dimana ia bekerja, Doddy Samsura – Barista Indonesia terbaik tahun 2013 – (Sumber Syanne Susita | AbraResto – Jum, 21 Mar 2014)

Pertanyaannya:

1.             Sebutkan hal-hal penting yang menjadi topik bahasan dalam artikel tersebut?


2.             Jelaskan hal-hal penting tersebut sesuai konteks Manajemen Pemasaran?

Selasa, 22 April 2014

HAWAIIAN SIGHTS (Marketing)

“HAWAIIAN SIGHTS”




Setelah Sembilan bulan beroperasi, Hawaiian Sights berusaha keras meminta bantuan dari operator tur. Pada periode sebelumnya komentar dari banyak pihak menyatakan bahwa tur jenis itu dibutuhkan dan akan terjual tanpa kesulitan, tetapi yang mengherankan keberhasilan penjualan masih sulit dicapai.
Sebagai tur berjalan kaki, Hawaiian Sights menjelajahi area paling sedikit dikunjungi yang disebut “Olde Honolulu” yang biasanya dihindari bus-bus tur; (1) Pusat Perkantoran Pemerintah dan Pusat Sejarah, (2) Pusat Kota atau Pusat Bisnis, dan (3) Daerah Pecinan. Tur itu membuat turis berbaur dan bersahabat dengan orang Hawaii yang “sebenarnya” jauh dari Waikiki dan dipandang sebagai pengalaman baru  lisan dan historis.
Tur dimulai dengan pemandu/pembimbing menemui klien di lokasi yang telah direncanakan di Waikiki. Kelompok itu akan naik bus kota dan diturunkan (20 menit kemudian) didepan gedung pemerintah Negara bagian. Ceritanya berlanjut empat jam berikutnya. Kelompok itu menghabiskan satu jam untuk makan siang dan berbelanja di Fort Street Mall dan kembali lagi ke Waikiki dengan bus kota.
Gagasan mengenai Hawaiian Sights muncul pada diri Evelyn Wako ketika dia mencatat bahwa tur kota konvensional mengabaikan bagian terpenting Hawaii, yakni orang-orangnya. Sebagian besar turis berkendara di Honolulu sambil melihat kota itu melalui jendela bus. Evelyn merasa bahwa jika turis benar-benar ingin memahami Hawaii, mereka harus turun dari bus. Evelyn tahu bahwa tur berjalan kaki berhasil di Eropa, maka mengapa tidak akan berhasil di Hawaii ???
Konsep tur yang memaksa pelanggan naik bus kota dan berjalan kaki begitu berbeda dengan tur lain sehingga operator informasi perjalanan dan biro perjalanan memberi Hawaii Sights sedikit dorongan dan kerja sama.
Mereka juga berkata struktur komisi dasar 20% dari item produk $20 (harga eceran) tidak menghasilkan cukup penerimaan yang menarik mereka.
Selama tiap-tiap tur,  pemandu akan naik bus kota bersama dengan kelompok mereka di Pusat Sejarah. Sebelum naik bus, kelompok itu diberi pengarahan singkat tentang apa yang akan dialami. Mereka diberi tahu bahwa lebih dari 70% penduduk Hawaii adalah “non kaukasian”. Turis tersebut melihat busnya akan berubah dari bus khusus turis menjadi bus lokal bila semakin jauh begerak dari Waikiki.
Sifat Hawaiian Sights yang tidak lazim itu menyebabkan dia dapat dimasukkan ke brosur tur sejumlah operator tur dan dua perusahaan penerbangan. Karena penjualan lebih rendah daripada yang diharapkan, Evelyn mencari cara mengiklankan turnya. Dia merasa bahwa salah satu cara yang mungkin adalah membagi-bagikan brosur ke para turis dijalan.
Dia sedang berfikir untuk memperkerjakan  gadis-gadis yang memakai rok dari rumput untuk bertindak sebagai salesgirl. Itu pasti akan mendapatkan reaksi negatif dari kelompok-kelompok tertentu penduduk Hawaii. Evelyn tahu bahwa biro perjalanan hotel masih merupakan alat penjualan kunci. Operator-operator biro bersikap negatif sejak awalnya. Mereka merasa bahwa klien mereka kelas atas sehingga kurang pas bila naik bus kota.
Turis yang telah ikut tur berjalan kaki pada Hawaiian Sights memeringkat tur jauh lebih unggul dibandingkan tur bus konvensional. Hawaiian Sights menawarkan jaminan “kepuasan terjamin, bila tidak, uang kembali,” sebegitu jauh tidak ada pelanggan yang telah menyatakan kekecewaan. Dengan semua yang baik-baik itu, yang mengherankan Evelyn belum menemukan cara menarik jumlah turis yang memadai yang dapat membuat bisnis baru itu menguntungkan.


Pertanyaan :

1.         Apakah  anda yakin bahwa Hawaiian Sigths akan menjadi daya tarik bagi kebanyakan turis yang mengunjungi Hawaii ? Jika tidak yakin apa alasannya ?

2.         Bagaimana profil yang mungkin atas segmen pasar Hawaiian Sighths ?

3.         Teknik-teknik promosi apa yang dapat digunakan Evelyn untuk menjual tur itu ke turis?; ke operator tur?; ke petugas biro perjalanan?

4.         Menurut anda, mengapa biro perjalanan dan operator perjalanan tidak bersemangat menyambut Hawaiian Sights?

5.         Apa pendapat anda mengenai gagasan Evelyn mempekerjakan gadis-gadis dan memberi mereka rok hula untuk membagi-bagikan brosur dipinggir jalan Waikiki kepara turis yang lewat?