Jumat, 25 Mei 2012

SOLO CONVENTION AND EXHIBITION CENTER


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini, Indonesia sudah berkembang menjadi salah satu negara tujuan
bisnis dan wisata. Hal itu dibuktikan dengan perolehan data dari Statistical Report on
Visitor arrivals to Indonesia 2004–2006, yang menyebutkan bahwa kunjungan
wisatawan mancanegara untuk pertemuan, insentif, konvensi dan pameran atau
meeting, incentive, convention, exhibition (MICE) mencapai 41,23% sementara untuk
wisatawan liburan 56,49% dan lainnya 2,28%.
Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa perkembangan MICE di Indonesia
menunjukkan peningkatan yang sangat menggembirakan. Indonesia tak hanya kaya
akan potensi wisata tapi juga potensi untuk dijadikan lahan bisnis komersial di bidang
MICE. Hal ini akan menjadi peluang besar bagi pebisnis dan pemerintah Indonesia
untuk menggarapnya menjadi sumber pendapatan yang cukup menjanjikan.
Dan bergeser ke Kota Solo, dari tahun ke tahun tingkat kunjungan wisatawan
ke Solo semakin meningkat. Berdasarkan salah satu sumber dari media tabulasi
nasional, tahun lalu, Solo menduduki peringkat 8 tujuan wisata nasional dan
sekarang telah bergeser ke peringkat 4. selain itu pertumbuhan eknomi kota Solo
dalam 5 tahun terakhir rata-rata 5.6% (Bappeda, Tk. II. 2007), dengan tingkat
investasi tumbuh rata-rata 18% (BKPMD, 2007), pebisnis dan investor local/asing
banyak melakukan kunjungan rata-rata 10/20 kali/orang/tahun (PHRI, APINDO,
Surakarta,2007).
Selain dari sektor bisnis dan perdagangan potensi Solo dalam MICE di
dukung dengan potensi seni budaya lokal. Di Solo ada dua keraton yang bisa
menjadi tujuan turisme lokal dan internasional yang didukung oleh berbagai kesenian
tradisional yang masih hidup. Ada berbagai tempat di Solo dan sekitarnya yang dulu
menjadi tempat wisata yang bisa dibangun lagi, dan yang terpenting menurut
perhitungan bisnis adalah biaya segala aktivitas itu bila diselenggarakan di Solo
terhitung murah dibanding jika diselenggarakan di Jakarta atau Bali, dari tarif hotel
sampai harga makanan, dari biaya transportasi sampai tiket rekreasi.
Mengamati perkembangan dan potensi Kota Solo dan sekitarnya yang sudah
semakin marak, rasanya saat ini adalah saat yang tepat untuk diimplikasikannya
suatu wacana dibangunnya sebuah convention centre yang standar internasional.
Sekarang banyak sekali diagendakan perhelatan besar yang bertaraf nasional dan
juga internasional, yang tentu saja melibatkan banyak sekali peserta. Contohnya
World Heritage Cities Conference & Expo (WHCCE), Solo Batik Carnival, Festival
Pasar Kumandang, Munas Apeksi, SIEM, Bengawan Solo Fair, Borobudur Travel
Mart dan Munas Apeksi.
Hal ini akan sangat disayangkan bila tidak didukung dengan fasilitas yang
memadai, seperti ruangan yang besar dan nyaman dan perlengkapan audio visual
yang memadai. Seperti dikemukakan Menteri Luar Negeri Hasan Wirayuda yang
menyebut Solo minim fasilitas MICE, salah satunya ruang pertemuan berstandar
internasional. Predikat Solo sebagai kota budaya dan pelajar tampaknya sekarang
tengah berkembang menjadi kota bisnis, budaya dan wisata. Munculnya properti–
properti baru seperti apartemen, kondotel dan juga hotel berskala internasional
seperti Ibis, Solo Paragon, Centerpoint, Kusuma Mulia Tower serta Water World
menjadi penanda yang cukup kuat bagi bangkitnya nadi perekonomian di Kota Solo.
Ini akan menjadi suatu kesempatan besar bagi masyarakat Solo untuk
menggarap lahan ini menjadi peluang besar yang sangat profitable bahkan akan
menaikkan pamor Kota Solo menjadi kota metropolis.
Hal ini bisa disikapi dengan dibangunnya suatu convention and exhibition
centre yang besar dan lengkap, seperti halnya Jakarta Convention Centre yang pada
tahun 2007 lalu mampu memfasilitasi 441 event dalam satu tahun, dapat
dibayangkan berapa besar dampak yang akan kita dapatkan sebagai pelaku bisnis
apabila terdapat event dengan jumlah yang sama dengan event tersebut.
Gedung pertemuan di kota Solo saat ini hanya berfungsi sebagai tempat
penyelenggaraan resepsi dan pertemuan biasa, sementara pelaku bisnis lebih
memilih menyelenggarakan meeting di restoran ataupun hotel. Hal ini disebabkan
oleh desakan kebutuhan akomodasi yang serba praktis dan hemat waktu yang
tentunya akan membuat gedung pertemuan di kota Solo terkesan kurang populer.
Wacana adanya Convention and Exhibition Centre yang ideal perlu didukung
dengan adanya area yang besar, toilet yang memadai, AC, pencahayaan yang
cukup, pasokan listrik dan cadangannya, telepon, kendaraan, fasilitas pemadam
kebakaran, cargo dan lift serta eskalator bila diperlukan, pintu darurat, ruang
sekretariat, panggung, ruang VIP, kafetaria, toko obat, klinik, dapur dan sebagainya.
Seperti halnya di Metro Toronto Kanada, terdapat convention centre yang
sangat besar terdiri dari 64 meeting room, ballroom berkapasitas 3.330 orang dan
juga dua ballroom yang berukuran lebih kecil. Namun selain wacana dibangunnya
meeting room tersebut di atas, perlu didukung juga dengan adanya SDM berkualitas
untuk mengelola, baik dari segi marketing, event organizer, security, service
attendance hingga kateringnya. Karena perlu adanya kepastian akan kualitas
managemen & operasional gedung secara keseluruhan dan juga konsistensi akan
misi dari convention centre itu sendiri.
Saat ini apabila terdapat event yang melibatkan lebih dari 3.000 orang, pasti
akan di tempatkan di Bali atau Jakarta. Padahal bisa dipastikan event semacam ini
akan diadakan minimal enam kali dalam satu bulan, baik berskala nasional ataupun
internasional. Tentu saja hal ini amat disayangkan, mengingat banyak sekali potensi
daerah kita yang dapat ditampilkan baik dari segi budaya, keahlian ataupun kuliner.
Apabila convention centre ini dibangun, tentu akan terwujud pula peningkatan
APBD, penurunan angka pengangguran serta kenaikan pendapatan masyarakat
Kota Solo. Apabila dapat dilaksanakan setidaknya 10 event dalam setahun dengan
GOP sekitar 40% pada setiap event dapat dipastikan dalam empat hingga enam
tahun ke depannya biaya investasi akan segera didapatkan kembali. Untuk itu,
Pemkot Solo hendaknya dapat merangkul investor handal yang mampu
merealisasikan wacana tersebut.
Dengan dibangunnya convention centre seperti ini, niscaya perkembangan
MICE di Kota Solo dengan sendirinya akan menunjukkan perkembangan yang
signifikan. Dan tentu dengan berkembangnya MICE tersebut akan mendorong laju
perekonomian Solo, dan menciptakan atmosfer budaya baru, yaitu berkembangnya
Solo tak hanya melulu menjadi kota budaya dan wisata tapi juga menjadi kota
metropolitan. Solo akan menjadi pusat bisnis baru di Jawa Tengah dan menjadi nadi
perekonomian di Indonesia.
Dengan melihat potensi kota, dan keterbatasan fasilitas konvensi yang
tersedia di kota Surakarta (Solo), maka diperlukan suatu fasilitas yang mampu
mewadahi berbagai kegiatan konvensi dan ekshibisi dengan segala fasilitas
pendukungnya yang sangat memadai. Perencanaan bangunan Convention And
Exhibition Center di Solo ini diharapkan dapat menjadi landmark kota Solo dengan
menampilkan nuansa buya tradisional Solo sebagai citra dan karakter bangunan,
dengan fleksibilitas ruang (kapasitas dapat menyesuaikan volume segala event, yang
sangat fleksible, sehingga sangat mudah disetting menurut kebutuhan konsumen,
dengan begitu harga lebih ekonomis). Selain itu melalui bangunan ini dapat menjadi
jendela cakrawala budaya Solo bagi para pengunjung.
LP3A - Solo Convention and Exhibition Center

Senin, 21 Mei 2012

UJUNG GENTENG-ekowisata


UJUNG GENTENG......,

Mungkin baru kali ini mendengar namanya, juga cukup lucu bila diartikan secara umum. Sebetulnya Ujung Genteng adalah daerah pesisir pantai selatan Jawa Barat, terletak ±200 Km dari kota Jakarta. Ujung Genteng masuk wilayah pemerintahan Kabupaten Sukabumi. Sebagian besar penduduknya adalah Nelayan & Petani, ada juga yang beralih menjadi penyadap Nira dan dijadikan gula kelapa. Sebetulnya nama Ujung Genteng berasal dari Ujung Gunting, dimana posisi Ujung Genteng berada di ujung salah satu sudut pulau di Jawa Barat yg berbentuk gunting. Dimana bagian ujung gunting atas berada di Ujung Kulon & bagian ujung gunting bawah berada di Ujung Genteng. Maka dinamakanlah daerah tersebut Ujung gunting = Ujung Genteng. 
Perkiraan perjalanan antara 5~6 jam dari Kota Jakarta, memang dirasakan sangat lama karena harus melalui kota kecil seperti Cicurug & Cibadak yang terkenal macet, lalu melalui jalan ke arah palabuhan ratu yg tidak terlalu besar serta jalan menanjak & berbelok-belok sepanjang ±14 Km, namun memiliki pemandangan yang indah di sisi kanan jalan, yaitu pesisir pantai palabuhan ratu yang terlihat jelas dari atas bukit Bagbagan. Melalui pula perkebunan teh Surangga, baru nanti melewati kota kecil Kiara Dua, Jampang Kulon & terakhir Surade. Kesemuanya itu merupakan jalan kecil yg tidak bisa dilalui dengan kecepatan tinggi, apalagi harus melintasi daerah hutan dengan kondisi jalan menanjak & menurun.
     Keunikan pantai Ujung Genteng yaitu kita bisa menikmati matahari terbit juga matahari terbenam, mungkin lebih cocok bagi pecinta Fotografi. Pantainya masih cukup bersih dengan ciri khas pesisir pantai selatan yang terkenal bersih airnya dan ombaknya yang besar. Keunikan lain yaitu dipesisir pantai sepanjang ujung genteng hingga pantai batu nunggul tidak terdapat ombak karena sudah tertahan oleh beting karang yang berada sekitar 200m sebelum garis pantai. Pada saat pasang air laut memenuhi pantai dengan kedalam air 0,5 ~ 1 meter, sangat cocok untuk berendam, bermain perahu karet, juga aktifitas lain seperti kolam luas dengan air yang berarus tenang. Bila surut, maka kita bisa berjalan ketengah sambil melihat2 biota laut seperti bintang laut, siput2, ikan2 hias yg terperangkap, udang2 kecil & bahkan cacing2 laut.
     Didaerah Ujung Genteng sendiri terdapat banyak tempat menarik, seperti melihat langsung penyu hijau (Chelonia Mydas) bertelur pada malam hari, yang menggali lubang untuk telurnya, menutup lubang untuk telurnya, juga anda bisa menyentuh penyu hijau tersebut. Ada juga lokasi dimana anda bisa berselancar yang menurut beberapa orang mancanegara merupakan tempat yang bagus karena masih bersih & ombaknya cukup menantang. Untuk yang suka memancing di Ujung Genteng merupakan tempat yang sering dikunjungi oleh para pemancing dari daerah lain dan menurut mereka ikannya lebih banyak serta cukup bervariasi, Konon juga masih banyak ikan Marlin. Bagi yang suka dengan ketenangan bisa merasakannya di pantai Ujung Genteng ini, apalagi garis pantai yang panjangnya mencapai ±6 Km dan menghadap arah barat, begitu indah bila dinikmati pada saat matahari terbenam. Juga bagi yang suka berpetualang dengan kendaraan 4WD, Trail Bike, Mountain Bike, Surfing & Boating, didaerah Ujung Genteng ini sangat cocok tempatnya. Masih ada beberapa obyek & kegiatan menarik lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena memang banyak sekali & jarang ada di daerah lain.
     Mungkin itu sekilas gambaran mengenai daerah Ujung Genteng. Untuk lebih detail mengenai peta lokasi, transportasi, kondisi, akomodasi, obyek menarik, kumpulan foto dan berita-berita yang berhubungan dengan Ujung Genteng bisa anda jelajahi website ini lebih dalam lagi. Dan semoga anda tidak buta & tersesat di Ujung Genteng.

Pariwisata Bali dan Global (Bali and Global Tourism)



RESEARCH OF BALI HOTEL AND TOURISM DEVELOPMENT Memuat tema seputar kepariwisataan dan perhotelan yang berhubungan dengan lingkungan, sosial budaya,hukum dan manajemen

STUDI KASUS : CLUB MEDITERANIAN, MANFAAT EKONOMI BAGI NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

Latar Belakang
Club med didirikan pada tahun 1950 oleh asosiasi olahraga olimpic sebagai tempat liburan pedesaan di mana pengunjung bisa menikmati aktivitas olahraga di dalam perkemahan. Filosofi dari Club berdasarkan pada kehidupan orang-orang yang tinggal di lingkungan perkotaan yang melihat perbedaan pengalaman ketika liburan. Liburan ini bertujuan untuk melupakan sejenak kehidupan sehari-hari bagi wisatawan yang lelah bekerja dalam suasana perkotaan yang padat dan menjemukan. Oleh karena itu di liburan pedesaan Club med, didesain secara khusus, seperti: tidak ada telepon, tidak ada koran, banyaknya hiburan (khususnya aktivitas olahraga), dengan pakaian santai (casual), sistem pembayaranpun diselesaikan di hari terakhir wisatawan tinggal. Semua fasilitas yang disediakan untuk memberikan kesenangan dan kenyamanan pada wisatawan (tamu). Club Med adalah perusahaan pertama yang menawarkan semua termasuk paket liburan, yang telah menjadi segmen dengan pertumbuhan tercepat di sektor pariwisata.
Konsep ini berakhir pada awal 1980an, dimana Club Med telah memiliki 80 unit hotel di pedesaan pada 24 negara. Termasuk vila pedesaan musim panas, vila pedesaan musim salju seperti pedesaan yang letaknya jauh dari perkotaan dengan pemandangan alam yang indah dan memungkinkan untuk berekreasi., hal tersebut merupakan keungggulan tersendiri dengan terdapatnya fasilitas yang terbaik. Totalnya, unit Club Med yang ada pedesaan ini menawarkan 60.000 kamar untuk menginap, 12.000 staff karyawan dan anggota member lebih dari 1.000.000. Klub ini menawarkan paket yang di dalamnya terdapat perjalanan keliling sudah termasuk pemesanan pesawat, penjemputan di bandara, akomodasi (di hotel, penginapan atau bungalow), makan, dan penggunaan semua fasilitas olahraga dengan instruktur yang berpengalaman. Hiburannya diorganisir oleh anggota karyawan yang dikenal dengan ‘Gentil Organisateur’ (Nice Organisers) yang menganjurkan untuk mendekati (bergaul) dengan tamu dengan pendekatan berteman selain memberikan pelayanan sebagai karyawan Club Med. Hal ini sangat unik karena semua operator menawarkan produk yang original (asli).
Pada tahun 2000, persaingan dibidang ini menjadi sangat kuat, dan Club Med membutuhkan usaha-usaha untuk menyegarkan kembali citranya. Konsep Club Med telah menjadi ketinggalan zaman, meskipun memiliki lebih dari 100 resor desa di beberapa lokasi yang paling indah di dunia, dikunjungi oleh 1,5 juta pengunjung setiap tahun, (menurut John Vanderslice, Presiden & CEO Club Med Amerika. Club Med, sebagai merek yang sangat terkenal, namun tidak memiliki positioning yang jelas, (Vanderslice), "Harga dianggap terlalu mahal, dan membangun loyalitas dan memenangkan pelanggan baru telah menjadi jauh lebih sulit." Club Med harus merenovasi banyak villa-villa di desa, merubah sistem informasinya, keuangan, manajemen, dan isu-isu hukum. "Singkatnya, kami harus mengubah segalanya, tapi .... tetap semuanya sama." Perusahaan memiliki kerjasama yang baik dengan pasar Perancis dan Amerika, mempercayakan pemasaran pada periklanan, pelanggan (member) dan promosi dari mulut ke mulut. Presiden Club Mediterranee Amerika Utara, Jean Lallement, merasa bahwa produk yang dimiliki Club Med memiliki kekuatan dan konsep yang lebih menarik dari paket lainnya di pasaran. Ia menambahkan bahwa penelitian kecil menemukan bahwa ada hal lain yang harus diperhatikan yaitu untuk mngerti profil perusahaan pelanggan tetapi rata-rata pelanggan yang datang berasal dari kelas sosial yang tinggi dengan umur 20-30 tahun dan satu di antara tiga berstatus sendiri (belum menikah). Dia merasa bahwa perusahaan harus mampu meraih 70 % tamu untuk melakukan kunjungan kembali (repeater) dengan meningkatkan kepuasan dalam produknya.
Lebih dari dua dekade, operator lain meniru konsep liburan pedesaan seperti di Pulau Karibia, walaupun mengadakan pemilihan target dan segmen pasar yang spesifik. Dalam meningkatkan segmen pasarnya, merek dari Club Med kehilangan keasliannya dan walaupun perusahaan masih berhasil di dalam pasar tradisional (Perancis dan Amerika) tetapi reputasi kualitasnya menurun dan liburan menjadi hal yang mahal. Di akhir tahun 1990an, perusahaan mengalami krisis keuangan. Di tahun 1997, Club Med merekrut Philippe Bourguignon dari Eurodisney untuk melanjutkan perusahaan dan tugas pertamanya adalah mengadakan evaluasi yang komprehensive tentang kekuatan dan kelemahan. Dia menemukan kepastian produk perusahaan yaitu: “Hari ini, Club berfokus pada manajemen liburan pedesaan. Di masa depan, kita harus fokus pada merek.” Pernyataan ini merupakan revolusi mini dari bagian operasional terutama pemasaran.
Dia mengakui bahwa konsep dan produk inti menarik (berbeda) tetapi citra perusahaan dan produktivitas sangat lemah. Walaupun begitu, dia merekomendasikan strategi baru berdasarkan pada pemosisian (repositioning) perusahaan dalam meningkatkan efisiensi.
Pertama, melakukan analisis untuk menentukan apa yang awalnya telah membuat Club Med begitu sukses, kemudian mengembangkan rencana yang akan memperkuat nilai-nilai inti dan penting kualitas yang membedakannya dari kompetisi. Perusahaan diciptakan slogan baru, "Lakukan sekarang, lakukan saja cepat, dan melakukan semuanya pada saat yang sama, "kata Vanderslice." Club Med adalah tim baru yang baru saja menyentuh tanah dan berlari, memikirkan kembali produk kami, memulihkan daya saing melalui harga, meningkatkan penjualan, dan re-engineering banyak operasi kami, " kata Vanderslice.
Untuk memperkuat dan reposisi merek, Club Med memutuskan untuk:
a. Renovasi desa, menghabiskan lebih dari $ 150 juta hanya di Amerika Utara.
b. Meningkatkan pengeluaran pemasaran, dan fokus pada media baru, terutama secara online.
c. Menyederhanakan struktur harga dengan menawarkan tingkat harga yang lebih sedikit dan mengurangi jumlah promosi.
d. Perluas penawaran produk dengan meningkatkan menunjukkan dan memperkenalkan kegiatan baru, yang termasuk panjat tebing, roller blading dan seni sirkus.
e. Atur ulang operasi, dan bergerak Club Med markas dari New York ke Florida.
Pada akhir 2000, Club Med usaha reposisi membawa pada tempat yang strategis. Club Med memiliki struktur keuangan yang kuat, manajemen baru, dan budaya baru. Pada tahun 2001, pendapatan naik, laba operasional lebih tinggi, lebih banyak tamu, dan semangat hebat, ungkap Vanderslice . Club Med sudah siap untuk meluncurkan kampanye besar di New York, "wanna play," pada 15 September, maka peristiwa tragis 11 September terjadi. Club Med menunda peluncuran dan bertanya-tanya apakah konsep ini tidak sinkron dengan realitas baru. "wanna play" konsep telah direncanakan sebagai tema untuk mengusir semua Club Med lain program pemasaran. "Wanna Play" akan mendorong orang dewasa untuk menambah kesenangan bagi kehidupan mereka, dan melibatkan anak-anak mereka di Club Med's program anak-anak. "Tapi yang paling penting, itu adalah cahaya-hati dan pesan yang jelas kepada pelanggan bahwa Club Med peduli tentang hubungan," Vanderslice menjelaskan. Setelah Presiden George W. Bush dan Walikota New York Rudy Giuliani memulai permainan bisbol pertama World Series kurang dari dua minggu kemudian, Club Med memutuskan saat yang tepat untuk memulai "Wanna Play." "Di masa-masa sulit, itu lebih penting daripada sebelumnya untuk mengidentifikasi dan memperkuat nilai-nilai inti Anda," Vanderslice noteed. "Hasil jangka pendek seharusnya tidak menghalangi jangka panjang membangun merek." Untuk mempertahankan keberhasilan rebranding, Club Med mengikuti lima prinsip.
1.      Upaya branding yang sukses fokus pada pembangunan hubungan. Itu sebabnya branding melampaui periklanan, yang merupakan monolog. Branding adalah sebuah dialog.
(2) Merek yang sukses meraih peluang luar biasa yang diciptakan oleh perubahan sosial dan ekonomi.
(3) upaya-upaya branding yang sukses baik memungkinkan personalisasi dan skala ekonomi.
(4) Merek, menurut definisi mereka, dibedakan. Mereka menyatakan sikap, mereka bercerita, mereka beresonansi dengan konsumen.
(5) Untuk menjadi pribadi, merek tidak dapat yang sama di mana-mana.

Club Med, yang memiliki 120 desa di 40 negara dan lima benua, sedang mengejar strategi rebranding yang secara geografis lebih beragam, Vanderslice berkata. Club Med menggunakan ungkapan, "global tapi lokal." Karena branding adalah tentang membangun hubungan, peran budaya sangat besar. Layanan yang sama atau produk mungkin memiliki manfaat yang berbeda untuk pelanggan yang tinggal di budaya yang berbeda. Vanderslice diringkas Club Med's rebranding filsafat dalam dua kata, "root dan link."
Perusahaan ini berakar dalam konsep asli, yang merupakan nilai-nilai inti dari kebebasan, kreativitas dan spontanitas. Club Med juga mendukung hubungan kuat antara desa-desa 'dan tamu mereka, yang memastikan fleksibel jawaban untuk setiap pengalaman dan kepuasan tamu.
POSISI CLUB MED
Produktivitas dan efisiensi
• Tugas pertama untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dengan pendekatan merek, Aquarius, menawarkan kemudahan dengan harga yang lebih murah dan memfokuskan kembali konsep asli: semuanya paket liburan. Bourguignon menyadari bahwa klien dari Club tradisional (lama) mengharapkan kualitas produk dengan harga yang masuk akal dan sejak memotong elemen produk dalam pemesanan untuk membuat harganya murah adalah hal yang jauh dari konsep asli, yang ditawarkan Aquarius tidak sesuai dengan citra Club. Di masa yang akan datang, dia berencana untuk mengenalkan jarak (tingkatan) produk dengan level harga yang berbeda tetapi semua dilengkapi dengan fitur (keistimewaan) dan fasilitas yang lengkap.
• Berikutnya kelompoknya memeriksa kembali setiap pedesaan untuk menilai area yang membutuhkan peningkatan kualitas. Tahun 1999, semua pedesaan diperbaiki. Untuk menigkatkan keuntungan, perusahaan telah memperkenalkan satu langkah yaitu memperpanjang musim di beberapa pedesaan, beberapa pedesaan itu dibuka hanya 3 bulan setiap tahunnya.
• Strategi baru mengenai Sumber Daya Manusia (SDM) sudah dilaksanakan yaitu pengurangan karyawan, hal itu dilakukan untuk membayar gaji karyawan di sektor lain. Di beberapa pedesaan, karyawan Club bekerja dua setengah kali lipat lebih banyak dibanding karyawan hotel lain di wilayah itu. Pelaksanaan kerjasama pembayaran dan sistem pembayaran juga telah diperkenalkan.

Proses pemosisian kembali (repositioning)
• Pertama, proses pemosisian kembali adalah untuk menangkap kembali pelanggan Club lama (tradisional) yaitu: pasar anak muda dan keluarga. Satu permasalahan pemasaran adalah focus pada bisnis utamanya, hanya bisa mengukur untuk menarik segmen pasar lain.
• Fokus saat ini adalah dalam memasarkan merek, labih konsentrasi untuk memperoleh lebih dari real estate dan asset perusahaan yang bergerak jauh dari fokus produk dalam memanajemen merek.
• Salah satu merek inti telah dibentuk kembali, perusahaan berencan menawarkan tingkatan produk baru seperti tur budaya, pertemuan bisnis dan konvensi di bawah label Club Med Bisnis, acara-acara (events) dengan label Club Med Bisnis dan mengembangkan Club Med World. Sebuah tempat hiburan dan belanja, dengan diskotik dan gedung bioskop sebaik outlet retail dan agen perjalanan.

Demikian Philippe Bourguignon mengerti bahwa kekuatan dari Club merusak merek dan konsep dan gaya hidup yang berasosiasi dengannya. Tetapi dia menyadari bahwa kunci bertahan adalah perbedaan. Jadi strategi ini jelas: menjaga dan meningkatkan merek dan menciptakan tingkatan produk baru dibawah ‘payung’ ClubMed.
Konsep pengembangan ClubMed bersinergi dengan pemerintah setempat. Sebagai contoh pengembangan Club Med di Mexico, dimana pemerintah mengharapkan dengan berdirinya Club Med akan meningkatkan pertumbuhan pariwisata di Mexico. Pemerintah membantu sebagian pendanaan pengembangan Club Med berdasarkan perjanjian kedua belah pihak. Club Med sebagai pemimpin dalam pembangunan dan pengembangan Club Med, lebih daripada pihak pemerintah.Club Med juga menetapkan aturan-aturan, metode, standard-standar, produk serta mengendalikan pemasaran dan harga.

Kekuatan
1. Identifikasi merek kuat
2. Konsep yang masih berjalan
3. Staff frontline yang professional di pedesaan dan tempat perisitirahatan
4. Mendahulukan pasar keluarga
5. Posisi yang bersaing di pasar Amerika
6. Harga yang bersaing di pasar liburan musim salju (walaupun ini tidak benar-benar dikenal)
7. Sebagai leader dalam pengembangan proyek

Kelemahan:
• Pemimpin kantor manajemen
1. Kekurangan pemimpin kantor manajemen yang terlatih
2. Definisi tanggungjawab pada level manajemen yang tidak jelas
3. Samar-samar dan tidak jelas
4. Kekurangan proses anggaran belanja
• Produk
1. Satu dari tiga pedesaan di dalam Negara anggota membutuhkan perbaikan
2. Terlalu pendeknya musim liburan sehingga biaya menjadi mahal utuk bepergian ke pedesaan
3. Perbandingan gaji karyawan yang tinggi
4. roduknya terasa lebih mahal di Perancis
• Dampak arus pemasaran
1. Manajemen merek yang tidak efektif
2. Komunikasi yang tidak efektif
3. Citra yang tidak jelas
4. Ketidakjelasan pemahaman tentang profil konsumen (“kita ingin menyentuh setiap orang tetapi kita tidak menyentuh satupun”)

TOPIK DISKUSI
Apakah manfaat dan masalah ekonomi yang ditimbulkan dari Club Med terhadap :
a. Negara dengan perekonomian maju (Seperti Italia dan Amerika Serikat)?
b. Negara dengan perekonomian sedang berkembang