Awal mula MICE di
Indonesia
Industri
MICE mulai dikenal di Indonesia sejak Pak Joop Ave menjabat sebagai Menteri
Telekomunikasi Pos dan Pariwisata. Beliaulah yang menghidupkan MICE dan juga
mendorong para pengusaha mendirikan Convention
Center (menurut Susilowati
Saud, Presiden Direktur Pacto Convex)
Sebenarnya Seberapa
Bagus Bisnis PCO?
Sangat
bagus, MICE itu terus berkembang, lihatkah Bali, disana sekarang ini selalu
penuh acara konferensi, baik besar maupun kecil. Mencari tempat di Bali
sekarang ini agak susah, selalu penuh. Itu tanda bisnis ini selalu bagus. Soal
kirisis BBM tidak terlalu berpengaruh, soalnya ini kondisi global. Prinsip
sederhana saja, selama bisnis berjalan, MICE terus hidup. Orang butuh melakukan
pertemuan bisnis, apalagi orang yang sudah bosan konferensi di Eropa, mereka
mulai melirik Asia.
Anda menangani banyak, Bidding apa kiatnya?
Itu
rahasia saya dong..yang penting siap dengan SDM yang ada, Saya pernah ngomong
sama pemerintah, dari pada berpergian keluar negeri seperti roadshow yang kadang tidak jelas itu,
lebih baik pemerintah membantu PCO-PCO untuk ikut bidding internasional supaya Indonesia bisa menjadi tuan rumah.
Terus terang, peluang saya memenangi bidding itu 60:40. Kalau saya kalah, uang
saya tidak kembali. Kalau menang, biaya saya itu masukkan ke anggaran
pelaksanaan. Kalau ada subsidi dari pemerintah itu bisa sangat membantu.
Berapa Biaya Yang dibutuhkan untuk mengikuti Bidding?
Kami
berangkat minimum 4 orang, dua dari panitia dan dua dari Pacto. Ditambah biaya
persiapan untuk bahan-bahan presentasi bidding,
kami memerlukan dana 100-150 juta rupiah. Biasanya saya mencari sponsor, kalau
tak dapat ya memakai uang Pacto. Asosiasi kadang-kadang tidak punya biaya dan
kadang-kadang punya.
Ada lagi
satu masalah, asosiasi tidak punya keberanian karena tidak banyak informasi
seputar bidding, jadi mereka ragu
untuk mengeluarkan duit.
Dalam Bidding
apa saja yang dinilai?
Pertama,
dilihat dari faktor keamanan negaranya. Ini menyangkut kestabilan ekonomi,
keamanan dan politik. Kemudia akses ke tempat itu susah apa tidak. Lalu,
masalah infrastruktur, venue dan
lain-lain. Ujung-ujungnya harga: berapa yang harus dikeluarkan andai konferensi
diselenggarakan di Indonesia. Namun,
kalau lawan yang dihadapi Thailand, kami sering kalah. Thailand suka banting
harga, terutama tarif hotel. Kalau Taiwan pemerintahnya pasti ikut. Misalnya
ada komitmen kalo PCO Taiwan menang, pemerintah akan mengurangi pajaknya. Di
Indonesia harus berjuang sendiri dari awal sampai akhir.
Secara ringkas apa saja yang terpenting diterangkan
ketika presentasi dalam bidding?
Akses,
kemudian daily movement airport, akomodasi dan infrastruktur. Dan yang
terpenting kesiapan kami, semua bisa dan ada sumber daya manusianya.
Kalau diringkas lagi yang paling menentukan dan sering
menjadi kendala apa saja?
Daily movement airport yang jadi
tolak ukur. Kalau banyak penerbangan
masuk kesatu wilayah berarti tempat tersebut sudah oke. Tidak mungkin
orang datang kalau infrastruktur tidak memadai.
Anda
menyebut Thailand dan Taiwan sebagai saingan, bagaimana dengan Malaysia dan
Singapura?
Saat ini
orang sudah bosan dengana Singapura. Lagi pula harga di Singapura sudah mahal.
Belum lagi negara pulau ini selalu ramai, susah mencari kamar. Jadi, Singapura
bukan rendah kualitasnya, melainkan karena sudah berhasil, maka bukan saingan.
Ibarat ember sudah penuh, tidak perlu ditambah air.
Kalau
Malaysia, apa yang dapat mereka tonjolkan? Diadu sama Bali saja akan kalah.
Saya sering menang lawan PCO mereka. Tetapi menang, akses mereka jauh lebih
baik, sekarang semua airlines sudah
masuk kesana. Sekarang ini yang berat bersaing dengan Thailand, Taiwan dan
Korea (Selatan). Saya sudah kalah 3-4 kali bersaing dengan Korea.
Dan, sering kalah karena harga?
Dalam bidding, kalau semua sudah oke pasti
ujung-ujungnya angka. Kalau selisih harga yang ditawarkan antara konferensi di
salah satu kota di Korea dan kami menawarkan tempat konferensi di Bali tipis,
orang masing memilih Bali. Tapi, jika harga Korea jauh lebih miring, dua kali
lipat lebih murah misalnya, sudah pasti Korea menang.
Anda tak ikut banting harga?
Kami
selalu berusaha jaga harga pasar Bali. Jangan jual Bali murahlah, justru kalo
bisa naikkan harga Bali sebagai destinasi mahal. Jangan lupa jual Bali sebagai
mass market, itu bisa buat harga Bali jatuh. Nah, climate change conference kemarin mengangkat harga dan pasar Bali.
Bisa diceritakan singkat proses bidding?
Biasanya
sebelum bidding kami ajukan proposal
kepada ketua asosiasi. Mereka biasanya memiliki manual bidding. Manual
Bidding itu prosedur yang harus kami penuhi. Disitu ada info soal gedung
dan sebagainya. Lalu kami daftarkan itu semua. Nanti kalo mereka tertarik
mereka akan memanggil untuk presentasi. Di dalam presentasi, kami harus buktikan
kalau destinasi itu siap. Kalau kami sudah diterima untuk presentasi berarti
kami sudah memiliki nilai bagus, punya kesempatan menang.
Seberapa perlu lobi untuk memenangi tender?
Perlu,
saya pernah bilang ke pak Jero Wacik (Mantan Menteri Pariwisata) pak sekali-kali bapak menemani kami kalau lagi bidding, dong,. Terkadang negara lain kalo lagi bidding suka membawa menteri atau
setidaknya pejabat eselon. Sementara kami? Boro-boro! Duta besar Indonesia di
negara tempat bidding saja kalau
dimintai tolong susah, tidak pernah datang. Padahal kadang-kadang kami memang
perlu dukungan pemerintah.
Fungsi Pemerintah dalam Bidding?
Ikut
memberikan jaminan keamanan
Menurut
anda untuk menetralisir berita miring tentang Indonesia apa yang harus
dilakukan?
Berita-berita itu jangan ditangkis, kita tak boleh defensif. Dalam ilmu marketing itu tidak
benar. Kalau ditangkis, justru berita miring makin seru, apalagi informasi
sudah makin terbuka. Mungkin yang bisa dan harus kita lakukan adalah memberi
klarifikasi secara terbuka dengan data dan fakta sebenarnya. Jadi kalo ada
sesuatu yang terjadi, secepatnya pemerintah memberi klarifikasi, bukan lalu
bersikap defensif. Berbahaya bila
penjelasan tak sesuai kenyataan telivisi CNN kan menyiarkan peristiwa sebenarnya.
Untuk Destinasi, selain Bali mana lagi yang bisa dijual?
Jakarta
itu pasti, hanya kalau di Jakarta tekanan politik tinggi dan lalu lintas macet.
Umumnya orang malas menghindari konferensi di Kota Metropolitan. Namun, di
Indonesia baru Bali dan Jakarta yang bisa menampung sampai 10.000 peserta
konferensi. Hanya saja akhirnya kembali lagi kepada akses. Walaupun ada convention center yang besar, bisa
menampung 5.000, tapi kalau akses ketempat itu susah, sama saja bohong?
Pernah melakukan semacam otokritik setelah kalah bidding?
Begini
40% kekalahan saya kebanyakan ketika berhadapan dengan Korea, Thailand dan
Taiwan. Pemerintahnya sangat mendukung PCO. Pemerintah memberi insentif kepada
PCO yang melakukan Bidding. Faktor
kedua yang membuat saya kalah soal bom. Ketika saya lagi presentasi dalam bidding di San Francisco tiba-tiba
terdengan berita bom di JW Marriot. Ya, tak mungkinlah saya menang. Namun,
setelah climate change conference
sukses, citra industri MICE di Indonesia bagus, Konferensi yang dihadiri 14
ribu peserta itu lancar.
Cobalah anda berikan, ulasan detail tentang artikel ini!